Ketika zaman Nabi Adam As, kur’ban dilaksanakan oleh putra-putranya yang bernama Qabil dan Habil. Kekayaan yang dimiliki oleh Qabil mewakili kelompok petani, sedang Habil mewakili kelompok penternak. Saat itu sudah mulai ada perintah, siapa yang memiliki harta banyak maka sebahagian hartanya dikeluarkan untuk kur’ban.
Qabil mengeluarkan kur’bannya dari hasil pertaniannya dan Habil mengeluarkan hewan-hewan peliharaanya untuk kur’ban. Diterangkan dalam sejarah, harta yang dikur’bankan itu disimpan di di Padang Arafah. Qabil dan Habil mempunyai sifat yang berbeda. Si Habil mengeluarkan hewan yang dikur’bankan dengan tulus ikhlas yang mana hewan yang dipilih gemuk dan sehat, sedangkan Qabil memilih buah-buahan yang busuk. Ketika keduanya melaksanakan kur’ban, ternyata yang habis adalah kur’ban yang dikeluarkan oleh si Habil sementara buah-buahan yang dikeluarkan si Qabil tetap utuh dan tidak berkurang.Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’ an surat Al-Maidah ayat 27 : "Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kur’ban, maka diterima dari salah seorang dari meraka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), Ia berkata : "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil " Sesungguhnya Allah hanya menerima (kur’ban) dari orang-orang yang bertakwa".
Kur’ban si Habil di terima Allah SWT karana dia mengeluarkan sebagian hartanya
yang bagus-bagus dan dikeluarkan dengan tulus dan ikhlas. Sementara si Qabil
mengeluarkan sebagian harta yang tidak baik dan tidak ikhlas.
ZAMAN NABI IBRAHIM AS
Ismali adalah anak kesayangan Nabi Ibrahim yang sangat saleh dan berbakti. Suatu hari saat Ismail berumur sekitar 6-7 tahun, Allah memerintahkan Nabi Muhammad sebagaimana firman Allah dalam surat Ash Shaffaat : 102 : "Maka tatkala sampai (pada usia sanggup atau cukup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata : Hai anakku aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu " Ia menjawab: "Hai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Nabi Ibrahim bermimpi mimpi yang sama tentang perintah Allah untuk menyembelih anaknya selama beberapa malam. Ibrahim kemudian mengajak putranya Nabi ratusan meter dari tempat tinggalnya (Mina), setan menggoda istrinyanya Nabi Ibrahim, Siti Hajar: "Ya Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail ?". Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak-teriak: "Ya Ibrahim, ya Ibrahim mau dikemanakan anakku?" Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT, ditempat itulah dimana pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah bagi jemaah melempar jumrah dan membaca bismillahi Allahuakbar. Hal tersebut mengandung arti bahwa kita melempari setan atau sifat-sifat setan yang ada dalam diri kita. Akhirnya tibalah mereka di Jabal Kur’ban, setelah itu datanglah Malaikat yang membawa hewan kur’ban yang sehat dan besar untuk menggantikan Nabi Ismail untuk disembelih. Surat Ash-Shaffaat ayat 103-107: "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), nyatalah kesabaran keduanya. Kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik". Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar ".
ZAMAN NABI MUHAMMAD SAW
Masalah kur’ban diceritakan kembali dalam surat Al-Kautsar ayat 1-3, "Se-sungguhnya Kami telah memberikan kepadanya nikmat yang banyak, maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkur’banlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus".

Tidak ada komentar:
Posting Komentar